Para pekerja pengumpul karet memuat bahan olahan karet hasil petani ke truk Pengangkut untuk dibawa ke pabrik pengolahan (istimewa)

Stagnasi volume ekspor ini dipengaruhi beberapa faktor utama, antara lain penundaan pengapalan (delay shipment), berkurangnya permintaan dari pembeli, serta rendahnya pasokan akibat musim hujan

MEDANESE.COM, Medan - Volume ekspor karet alam asal Sumatera Utara pada Agustus 2025 tercatat sebesar 19.765 ton. Angka ini sedikit menurun dibandingkan Juli 2025 yang mencapai 19.786 ton, atau secara bulanan (MoM) turun tipis. 

Akan tetapi jika dibandingkan dengan Agustus 2024 yang mencapai 22.522 ton, terjadi penurunan tahunan (YoY) sekitar 12,2 persen. Kondisi ini mengindikasikan pasar global yang masih menantang bagi para eksportir.

Sekretaris Eksekutif pada Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara, Edy Irwansyah, mengatakan kinerja ekspor di Agustus 2025 ini masih jauh di bawah kapasitas normal bulanan yang bisa mencapai 42 ribu ton. Meski begitu Sumatera Utara tetap mempertahankan perannya sebagai salah satu pemasok karet alam dunia. 

"Stagnasi volume ekspor ini dipengaruhi beberapa faktor utama, antara lain penundaan pengapalan (delay shipment), berkurangnya permintaan dari pembeli, serta rendahnya pasokan akibat musim hujan," kata Edy, Selasa (30/9/2025). 

Di sisi hulu, banyak petani mengurangi aktivitas penyadapan karena produksi menurun. Motivasi petani juga tertekan oleh harga karet yang belum stabil. Sementara itu, hambatan pengiriman masih terjadi akibat keterbatasan kontainer dari pihak liner.

"Meski demikian, harga karet pada Agustus 2025 menunjukkan tren perbaikan. Rata-rata harga tercatat sebesar 169,84 sen AS, dan pada penutupan 29 September 2025 mencapai 172,9 sen AS. Kenaikan ini memberikan sedikit optimisme bagi produsen maupun eksportir," terangnya. 

Untuk pasar tujuan, kata Edy, karet Sumatera Utara tercatat diekspor ke 26 negara. Dari kawasan Eropa, sebanyak 11 negara menyumbang 9,19 persen dari total produksi global, dengan kontribusi terbesar berasal dari Italia (2,05 persen), Spanyol (1,84 persen), serta Jerman (1,84 persen). Negara-negara lainnya seperti Belanda, Finlandia, Bulgaria, Prancis, Belgia, Slovenia, Rumania, dan Polandia juga menjadi bagian dari pasar Eropa meski dengan porsi yang lebih kecil.

Adapun lima negara non-Eropa masih menjadi tujuan utama ekspor, yakni Jepang (35,33 persen), India (11,39 persen), Brasil (10,91 persen), Amerika Serikat (9,26 persen), dan China (8,29 persen). 

"Pasar Eropa bukan destinasi utama, namun kawasan tersebut tetap berperan sebagai mitra dagang penting dengan distribusi yang relatif merata," jelasnya. 

Dalam konteks regulasi, para eksportir karet Sumatera Utara juga mencermati perkembangan European Union Deforestation Regulation (EUDR). Usulan parlemen Eropa untuk menunda implementasi regulasi tersebut disambut positif pelaku usaha. 

"Karena diharapkan ada kelonggaran waktu dalam memenuhi persyaratan dokumen sehingga kelancaran ekspor tetap terjaga," pungkasnya. 

Beri Komentar

medanese.com
medanese.com